10.SCHINDLER’S LIST (1993)
Sutradara: Steven Spielberg
Pemain: Liam Neeson, Ben Kingsley, Ralph Fiennes
Oscar: Best set decoration, best cinematography, best director, best film editing, best music, best original score, best writing screenplay, best picture.
Ceritanya begini, nih…
Oskar Schindler (Liam Neeson) dari awal sudah memulai lobi-lobi politiknya pada petinggi nazi yang bercokol di Polandia, menyuap banyak pejabat bahkan mempekerjakan Itzhak Stern (Ben Kingsley), seorang akuntan Yahudi untuk mengatur pabriknya agar mengajak Yahudi lainnya untuk bekerja bagi Schindler.Maka hubungan Oskar dan Itzhak pun menjadi simbiosi yang kuat, tak lupa kengerian Holocaust juga digambarkan lewat karakter Goeth (Ralph Fiennes) komandan Nazi yang keji. Maka Oskar yang beralih haluan ingin menyelamatkan Yahudi harus bekerjasama dengan Goeth, tentunya dengan harga yang sangat mahal demi menuntaskan daftar Schindler, daftar Yahudi yang akan diselamtkan.
Cerita dibelakangnya…
Sudah lama kisah ini hendak difilmkan, pertama kali oleh Poldek Pfefferberg, salah satu Yahudi yang diselamatkan Schindler dan mendekti studio MGM tahun 1963 ingin memproduseri film ini dengan naskah karya Howard Koch. Hal in tidak terjadi dan barulah pada tahun 80an Steven Spielberg tertarik akan kisah seorang Nazi yang menyelamatkan banyak Yahudi. Saat itu sutradara yang sudah sukses dengan Indiana Jones tidak yakin akan mampu membuat kisah ini dan menawarkan pada Roman Polanski, tapi Polanski menolaknya karena hal ini sangat sensitif, sebab ibunya tewas di kamp konsentrasi pada saat perang. (sepertinya Roman Polanski penuh dengan kematian tragis, ibunya meninggal di kamp konsentrasi, sementara istrinya yang sedang hamil menjadi korban pembunuhan yang didalangi oleh serial killer paling ngetop, Charles Manson) Akhirnya setelah melihat pembantaian di Bosnia lewat berita, Spielberg mengambila alih proyek itu sendiri. Sebelumnya studio memintanya membuat Jurassic Park.Flmnya sendiri memakai medium hitam putih, tanpa teknik kamera yang rumit, hal yang ditentang studio karena merasa film hitam putih tidak akan membuat filmnya laku. Syutng dilakukan di Polandia dekat beberapa kamp konsentrasi asli, syuting yang membuat emosi Spielberg terkuras.
Faktanya…
Pada kenyataanya bukan Itzhak Stern yang membantu Schindler menulis daftar Yahudi yang akan diselamtkan, tapi Marcel Goldberg. Mereka yang mengenal Marcel tak suka dengannya karena Marcel adalah seorang pria yang korup dan menulis daftarnya asal-asalan.
9.THE MATRIX TRILOGY (1999 – 2003)
9.THE MATRIX TRILOGY (1999 – 2003)
Sutradara: Wachowski Brothers
Pemain: Keanu Reeves, Carrie-Anne Moss, Hugo Weaving, Laurence Fishburn
Oscar: Best Editing, best effects, sound effects editing, visual effects, best sound
Ceritanya begini, nih…
Pil merah atau pil biru? Terbuai atau menerima kenyataan? Itulah takdir yang harus diterima Neo (Keanu Reeves) yang menyadari bahwa dunia yang dia tinggali tak senyata yang terlihat. Dengan bantuan Morpheus (Laurence Fishburn) dan Trinity (Carrie-Ann Moss), Neo harus melawan kekuatan kaum mesin yang menjajah umat manusia.
Cerita dibelakangnya…
Film ini memang rumit (ada yang langsung ngerti ceritanya waktu nonton the Matrix pertama kali?), tak hanya action tapi memuat sub kultur hacker serta mengusung ide filsafat yang dalam. Film kedua lebih mengundang decak kagum, sayangnya film ketiga yang rilis enam bulan sesudah film kedua dianggap kurang kuat dan memiliki ending yang membingungkan. Walau begitu film ini memang mengguncang, adegan bullet-time yang ada bahkan sudah ditiru puluhan kali.
Faktanya…
Faktanya…
Beberapa aktor ini pernah diminta memerankan Neo, tapi menolak: Ewan MeGregor, Leonardo DiCaprio, dan Will Smith. Shusus untuk Will Smith, dia menyesal menolaknya. Tapi Wachowski sebenarnya ingin Johnny Depp, pilihan yang ditentang petinggi Warner Bros yang ingin Brad Pitt atau Val Kilmer karena dianggap saat itu lebih menjual. Brad Pitt menolak. Pilihan jatuh pada Johnny Depp dan Keanu Reeves. Keanu berhasil memikat studio dan akhirnya dipilih.
8.IN THE HEAT OF THE NIGHT (1967)
Sutradara: Norman Jewison
Pemain: Sidney Poiter, Rod Steiger, Warren Gates, Lee Grant
Oscar: best actor in leading role, best film editing, best picture, best sound, best wrting screenplay.
Ceritanya begini, nih…
Kisahnya yang sarat dengan rasialisme ternyata tidaklah tentang rasialisme, tetapi tentang penyelidikan pembunuhan. Ketika seorang pengusaha besr dibunuh di kota Sparta, Missisippi, sherrif lokal yang sombong, Bill Gillespie (Rod Steiger) tak butuh lama mencari kambing hitam. Dengan cueknya dia menuduh seorang kulit hitam di stasiun kereta api sebagai tersangka. Tapi Sherrif salah sangka, pria itu tak bisa dikambing hitamkan karena dia adalah seorang detektif yang kebetulan lewat, detektif Tibbs (Sidney Poitier). Tibbs sukarela memecahkan kasus itu, walau dia tak suka diperintah orang kulit hitam. Dengan kerjasama yang menegangkan, mereka lalu mencoba memecahkan kasus itu.
Cerita dibelakangnya…
Missisippi tidak dijadikan lokasi syuting karena saat itu di daerah itu berlaku politik segregasi, yakni pemisahan antara kulit putih dan kulit hitam. Maka lokasi dipindah ke Sparta, Illinois dengan menghilangkan ciri khas kota itu. Untuk penampilannya sebagai Bill Gillespie, Rod Steiger mendasarkannya pada tipikal polisi di Amerika Serikat bagian selatan yang sering muncul di iklan televisi.
Faktanya…
Faktanya…
Kalimat “They call me mister Tibbs!” menjadi terkenal dan dijadikan sekuel film ini pada tahun 1970 dilanjutkan tahun 1971 dengan The Organization.
7.PSYCHO (1960)
Sutradara: Alfred Hitchcock
Pemain: Anthony Perkins, Janet Leigh, Vera Miles, John Gavin
Oscar (nominated): best supporting actress, best set decoration, best cinematography
Ceritanya begini, nih…
Jika seorang anak tinggal bersama ibunya itu normal, namun jika anak tersebut sudah diatas 30 tahun dan bernama Norman Bates (Anthony Perkins) yang sakit jiwa maka itu klasik. Ini adalah proyek yang sangat berkesan bagi Alfred Hitchcock yang sudah sukses pada tahun 1950an dengan Dial M for Murder, Rear Window, dan To Catch a Thief. Selanjutnya adalah serangkaian adegan klasik, adegan mandi paling menakutkan sepanjang masa ketika Marion Crane (Janet Leigh) dibunuh di motel milik Norman Bates, pria psycho yang masih menyimpan mayat ibunya.Dengan Psycho, Alfred melebihi film horror biasa dengan menggunakan simbolisme. Burung hiasan digunakan sebagai metafora kematian serta thriller psikoanalisa, tiga lantai di motel Norman Bates mewakili tiga level psikoanalisis, lantai pertama adalah superego dimana (mayat) ibu Norman tinggal, lantai kedua adalah ego Norman dimana dia terlihat normal dan lantai dasar adalah id. Selain itu kisahnya unik, mengenalkan protagonis yang simpatik lalu dibunuh, membuat penonton semakin penasaran.Psycho dianggap sebagai pembuka kesempatan pada film lain untuk semakin terlihat kejam.
Cerita dibelakangnya...
Pada waktu itu, Alfred menemukan novel horor karya Robert Bloch untuk difilmkan dengan membeli haknya sebanyak $9000 dan ternyata sulit menemukan sponsor untuk filmnya. Akhirnya Alfred memproduksi film tersebut dengan uangnya sendiri serta memakai kru serial televisinya sendiri, Alfred Hitchcock Presents. Sedangkan untuk format filmnya ia memilih medium hitam putih agar tidak terlihat terlalu sadis serta biayanya lebih murah serta klasik.Alfred hitchcock tergolong sebagau sutradara yang unik karena menganggap aktor sebagai ternak, suka dengan wanita berambut pirang dan senang menjadi cameo di filmnya sendiri serta takut dengan polisi dan telur.
Faktanya...
Adegan yang paling memorable dari film ini sudah pasti adegan pembunuhan di kamar mandi. Adegan ini sangat mendetail dibuat oleh master of suspense, syuting untuk adegan 45 detik itu sampai empat minggu dengan 70 sudut pengambilan gambar, bahkan aktris Janet Leigh sendiri sampai takut mandi. Soundtrack suara biola yang menyeramkan muncul dari komposer Bernard Herrmann. Darah dalam adegan itu sebenarnya saus cokelat dan suara pisau yang menusuk adalah efek pisau yang menusuk buah melon. Adegan lain yang tak kalah menghebohkan untuk jaman itu adalah menyorot WC yang sedang tersiram.
6.2001: A SPACE ODYSSEY (1968)
Sutradara: Stanley Kubrick
Pemain: Keir Dullea, Gary Lockwood, William Sylvester
Oscar: best special visual effect
Ceritanya begini, nih…
Dikisahkan empat juta tahun sebelum masehi beberapa ekor kera menemukan benda monolith setinggi dua atau tiga meter yang berdiri di padang pasir. Kera-kera tersebut menyentuhnya dan mereka berubah dari vegetarian menjadi pemburu, bahkan membuat mereka menjadi lebih cerdas dan memiliki naluri membunuh.Lalu melompat ke tahun 1999 dalam sebuah pesawat luar angkasa yang mengorbit bumi. Astronot di kapal tersebut, Dr. Heywood R. Floyd (William Sylvester), mendapat informasi bahwa dibulan terdapat benda monolith setinggi dua atau tiga meter. Dari hasil penyelidikan diketahui bahwa benda ini sudah ada dari empat juta tahun yang lalu dan dikubur dengan sengaja. Floyd lalu menyentuh permukaan monolith itu ketika sebuah suara kemudian memekakan telinga.Sementara itu dikapal luar angkasa Discovery One astronot Dave Bowman (Keir Dullea) dan Frank Poole (Gary Lockwood), harus berurusan dengan super computer Hal 9000 yang entah mengapa malah membangkang dan membunuh astronot lainnya. Monolith lain ternyata mengorbit di planet Yupiter dan Bowman mendapat kejutan baru dari Monolith ini.
Cerita dibelakangnya…
Film yang miskin dialog ini menggunakan musik sebagai medium, seperti karya Johann strauss II, An Der Schonen Blauen Donau, pada adegan luar angkasa dan pendaratan di bulan serta adegan pembuka yang sangat berkesan dengan iringan komposisi Richard Strauss, Also Sprach Zarathustra yang menjadi lambang film ini. Ciri khas lainnya adalah 45 menit dari film ini tak ada dialog sama sekali, hanya musik, sound effect dan gambar. Kalaupun ada dialog maka dialognya pun datar dan tak bernyawa. Dari perspektif transcendental ini, plot yang focus terlihat agak berlebihan, bahkan dialog serta konflik tertelan oleh perubahan evolusi, sebuah film yang menceritakan perubahan besar dalam peradaban manusia.
Faktanya…
Penggemar film ini banyak yang melakukan interpretasi sendiri atas maksud dan tujuan film ini karena banyak yang bingung, namun Kubrick sendiri selalu menolak untuk memberikan jawaban yang pasti mengenai hal ini dengan berpendapat bahwa dia sengaja membuat film yang akan memunculkan banyak pertanyaan.Adegan matahari dan bulan sabit yang sejajar dalam film ini adalah simbol Zoroastrianism, agama Persia kuno sebelum masehi. Simbol ini melambangkan pergulatan antara kebaikan dan kejahatan. Kebetulan pula musik yang diputar adalah ”Also Sprach Zarathustra” (Thus Spake Zarathrusta), karya Richard Strauss, yang berdasarkan buku karya filsuf Friedrich Nietzsche, yang terkenal dengan ucapannya ”Tuhan sudah mati”. Banyak yang beranggapan ini bukan kebetulan, karena tampaknya inilah apa yang Kubrick inginkan waklau interpretasi global akan film ini bervariasi.
5.RAGING BULL (1980)
Sutradara: Martin Scorsese
Pemain: Robert De Niro, Joe Pesci, Cathy Moriarty, Frank Vincent
Oscar: Best leading actor, best film editing
Ceritanya begini, nih…
Jake adalah petinju berbakat dari Bronx dan dimanajeri oleh adiknya, Joey (Joe Pesci). Perjuangannya menjadi petinju terbaik begitu keras, tak hanya didalam ring, tapi juga diluar. Istri pertamanya cerai darinya lalu Jake berhubungan dengan gadis berusia 15 tahun, Vicky (Cathy Moriarty) dan selanjutnya hidupnya semakin naik turun, kecemburuannya akan Vicki, paranoid, serta temperamennya yang kasar menjadi warna sendiri dalam film hitam putih ini.
Cerita dibelakangnya…
Pada zamannya banyak reaksi akan film ini, ada yang memujinya selangit, ada yang mengkritiknya karena terlalu brutal, maklum awal 80an publik masih terpesona oleh Star Wars yang begitu fantastis sehingga sebuah film hitam putih akan membuat dahi berkerut. Namun seiring dengan waktu, semuanya berpendapat sama, ini adalah salah satu film klasik modern terbaik sepanjang masa yang berhasil mengeksplorasi kedalaman jiwa seorang manusia dengan indah.Kalau Taxi Driver membuat Scorsese dan De Niro menjadi sinonim kata “kualitas” maka mereka seolah sukses dalam menerjemahkan semangat zaman pada saat itu ke pita seluloid.Scorsese mengambil banyak resiko dengan film ini, yakni penggunaan film hitam putih di zaman dimana film sudah berwarna. Tentunya pengunaan itu bukan tanpa tujuan, namun menjadi inti dari kisah Jake LaMotta yang rumit ini. Dengan penulis naskah yang sama dengan Taxi Driver, Paul Schrader, kembali dihadirkan karakter yang pemarah, paranoid, namun mengundang rasa simpati penonton dari memoir Raging Bull: My Story yang ditulis oleh Jake LaMotta sendiri.
Faktanya…
Jake LaMotta adalah petinju legendaris kelahiran tahun 1921 yang dikenal memiliki kehidupan controversial didalam maupun diluar ring tinju. Ia pernah diperikas FBI karena mengaku bahwa kekalahannya dari Billy Fox adalah hal yang disengaja demi keuntungan baginya memperoleh juara dunia dan pihak mafia yang melakukan taruhan. Ia juga pernah membintangi 15 film lebih, termasuk The Hustler, dengan Paul Newman.
4.STAR WARS TRILOGY (1977, 1980, 1983)
Sutradara: George Lucas
Pemain: Mark Hamill, Harrison Ford, Carrie Fisher, Billy Dee Williams
Ceritanya begini, nih…
Ini adalah kisah epik luar angkasa yang tak akan habis dibahas, sebuah trilogy yang mencetak sejarah serta pertama kali menggunakan merchandise sebagai media promosinya. Semua sudah tahu bahwa ini adalah kisah Luke Skywalker, Han Solo, dan Putri Leia berpetualang di galaksi melawan kejahatan dengan karakter Darth Vader yang legendaris. Hasilnya fantastis, inilah film yang merubah budaya, menaikkan harga saham 20th Century Fox serta membuat George lucas menjadi orang penting di Hollywood.
Cerita dibelakangnya…
Inspirasi utama George Lucas adalah salah satu film Akira Kurosawa, The Hidden Fortress (1958) dimana Lucas mengambil kisah Star Wars dari sudut pandang dua robot, C3PO dan R2D2. bahkan karakter Darth Vader diinspirasi oleh helm kabuto hitam karakter penjahat dalam film Seven Samurai yang juga besutan Kurosawa.Selain itu karya Joseph Campbell mengenai mitologi dunia juga mempengaruhi, khususnya dalam perjalanan sang pahlawan, seperti digambarkan Campbell dalam The Hero with a Thousand Faces, motif yang muncul di episode IV - VI.
Faktanya…
Saat itu presiden Ronald Reagan memulai proyek Star Wars, proyek system laser dan misil untuk menangkal serangan Soviet. Selain itu actor yang menjadi presiden ini menggambarkan Soviet union sebagai Evil Empire. Bahkan calon presiden John McCain awalnya menyamakan dirinya dengan Luke Skywalker pada kampanye tahun 2000.
3.LAWRENCE OF ARABIA (1962)
3.LAWRENCE OF ARABIA (1962)
Sutradara: David Lean
Pemain: Peter O’Toole, Omar Sharif, Alec Guinness, Anthony Quinn
Oscar: best director, best art direction, best cinematography, best film editing, best music, best sound, best picture
Ceritanya begini, nih…
Kisah Letkol Thomas Lawrence (Peter O’Toole) yang terlibat sejarah dunia Arab, khususnya revolusi Arab tahun 1916 – 1918. selain hal ini dimunculkan pula konflik emosional Lawrence yang melihat kekejaman perang serta pencarian identitas dirinya dan kesetiannya yang terbelah antara Inggris dan kawan-kawan barunya di Arab. Lawrence belajar banyak hal, kebiasaan orang Arab hingga politik mereka, menjadikannya tokoh penting dalam sejarah Arab.
Cerita dibelakangnya…
Aslinya pria kelahiran tahun 1888 ini tak setampan dan setinggi Peter O’Toole dan petualangannya menarik perhatian public ketika ditulis oleh jurnalis Lowell Thomas serta buku yang dia tulis sendiri, Seven Pillars of Wisdom. Petualang ini tewas pada usia 46 tahun karena kecelakaan motor.
Faktanya…
Raja Hussein dari Yordania berbaik hati meminjamkan seluruh brigade tentaranya sebagai figuran film, sehingga tentara dalam film ini diperankan oleh tentara asli. Raja Hussein sendiri sering mengunjungi lokasi syuting dan jatuh cinta pada sekretaris Inggris, Antoinette Gardiner, yang menjadi istri keduanya tahun 1962.Syuting yang melelahkan dilakukan di Maroko, Yordania, dan Spanyol. Syuting di Yordania harus dipindahkan ke Spanyol karena kru banyak yang sakit dan biaya membengkak.Dalam adegan penyerangan Aqaba yang di shot di Spanyol, kru mendirikan 300 bangunan yang berdasarkan penampilan kota Aqaba asli tahun 1917. suasana yang bersahabat di Yordania tak ditemukan di Maroko, figuran tentaranya tak sabaran dan tidak mau menuruti perintah. Hasilnya mendulang banyak pujian. Dengan durasi yang amat panjang, tak ada satupun aktris wanita muncul.
2.GONE WITH THE WIND (1939)
Sutradara: Victor Fleming
pemain: Clark Gable, Vivien Leigh, Leslie Howard
Oscar: Best actress in leading role, best actress in supporting role, best art direction, best cinematography color, best director, best film editing, best writing screenplay, best picture.
Ceritanya begini, nih…
Tentang keadaan Amerika Serikat ketika perang saudara. Scarlett O’Hara, tokoh wanita cantik yang egois jatuh cinta pada Ashley Wilkes tapi Ashley malah menikah dengan Melanie Hamilton. Kemudian muncul Rhett Butler yang sama-sama sinis dan egois tapi Scarlett tak mudah ditaklukan dan kisah cinta ini semakin membuktikan kekuatan akting Clark dan Vivien.Kisah ini bisa dibagi dua, pertama adalah periode perang saudara setelah Abraham Lincoln terpilih dan bagian kedua adalah akhir perang saudara. Durasinya yang panjang bisa membuat anda kelelahan menontonnya. Namun durasi itu mampu menampilkan perubahan karakter Scarlett dari wanita manja menjadi sosok wanita yang mandiri.
Cerita dibelakangnya...
Sebagai sebuah film legendaris, tak hanya kostum dan dramanya memikat, namun film ini berhasil menampilkan suatu masa dimana gaya hidup Amerika bagian selatan digambarkan, masa yang sudah tidak ada lagi pasca perang saudara.Selain dua pemeran utama, Hattie McDaniel, aktris kulit hitam yang memerankan pelayan mampu mencuri perhatian bahkan pada zamannya mampu menembus stereotipe karakter yang diperankan oleh orang kulit hitam.
Faktanya...
Faktanya...
Gone With The Wind adalah novel buah karya Margaret Mitchell yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1936 dan berhasil memperoleh Pulitzer pada 1937. novel ini merupakan satu-satunya buku yang pernah dibuat oleh Margaret Mitchell semasa hidupnya, namun menjadi salah satu novel Amerika paling laris.
1.THE GODFATHER (1972)
Sutradara: Francis Ford Copolla
Pemain: Marlon Brando, Al Pacino, James Caan, Robert Duvall
Oscar: best actor, best picture, best writing screenplay
Ceritanya begini, nih…
Ketika Don Vito Corleone mulai memberikan kekuasaan pada Michael, drama berdarah keluarga mafia muncul dengan berkelas, diisi kekerasan serta pembunuhan, semuanya atas nama kepentingan. Walau menceritakan karakter-karakter penjahat yang menghalalkan segala cara namun Coppola berhasil menampilkan bahwa penjahat juga manusia yang punya perasaan dan ketakutan. Kisah yang ada juga memiliki kedalaman serta kerumitan yang membuatnya tetap memikat kapanpun ditonton. Kalau saja ini adalah film aksi maka kedalaman ceritanya akan hilang dan berubah menjadi hiburan biasa, justru drama dan dialog yang ada menjadi kekuatan film ini.
Cerita dibelakangnya…
Dibalik setiap film besar ada cerita yang besar dibalik layarnya, khususnya untuk film yang melambungkan Marlon Brando, Al Pacino dan Francis Ford Coppola. Decade 70an sepertinya milik Coppolla dengan The Godfather, The Godfather part II dan Apocalypse Now, berbagi dengan Martin Scorsese dengan Taxi Driver.Prosesnya benar-benar melelahkan, Coppola hampir dipecat karena studio ingin Sergio Leone, studio lalu tak suka dengan Marlon Brando, kelompok keturunan Italia di Amerika yang mengancam akan memboikot film ini, kelompok penyayang binatang yang mengecam adegan potong kepala kuda yang mengerikan bahkan mafia asli yang diinta sebagai penasehat dalam film ini. Tapi film ini tetap saja klasik dan legendaris, menduduki puncak film-film terbaik versi manapun selama 30 tahun terakhir.Studio lalu ingin Robert Redford memerankan Michael Corleone, tapi Copolla ingin actor hijau yang belum terkenal, Al Pacino, pilihan yang ditentang oleh studio. Al Pacino akhirnya diijinkan untuk bermain setelah Copolla mengancam akan mogok dari produksi film ini.
Faktanya…
Al Pacino, James Caan, dan Diane Keaton masing-masing menerima US$ 35,000, Robert Duvall mendapat US$36,000 untuk enam minggu syuting dan Marlon Brando mendapatkan US$ 50,000 plus biaya mingguan US$1,000 plus 5% keuntungan film. Brando mendapat uang lebih banyak padahal dia termasuk actor yang sulit bekerjasama dengan kru, menolak menghapal naskah, dan hanya mau membacanya dari karton besar.
(Sumber: Cinemags, edisi 100)